Minggu, 08 Maret 2015

Kesehatan Mental (softskill) minggu 1

A. Orientasi kesehatan mental

KESEHATAN MENTAL:
Kesehatan mental, berasal dari dua kata, yakni
“kesehatan” dan “mental”. Kesehatan berasal dari kata
“sehat”, yang merujuk pada kondisi fisik. Individu yang
sehat adalah individu yang berada dalam kondisi fisik
yang baik, dan bebas dari penyakit. Sedangkan “mental”
adalah kepribadian yang merupakan kebulatan dinamik
yang tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatan.
Mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran,
emosi, sikap, dan perasaan yang dalam keseluruhan atau
kebulatannya akan menentukan tingkah laku, cara
menghadapi suatu hal yang menekan perasaan,
mengecewakan, atau yang menggembirakan dan
menyenangkan.
Kesehatan mental menggambarkan tingkat kesejahteraan
psikologis, atau adanya gangguan mental. Dari perspektif
'psikologi positif' atau 'holisme', kesehatan mental dapat
mencakup kemampuan individu untuk menikmati hidup,
dan menciptakan keseimbangan antara aktivitas
kehidupan dan upaya untuk mencapai ketahanan
psikologis. Kesehatan mental juga dapat didefinisikan
sebagai suatu ekspresi emosi, dan sebagai penanda
adaptasi sukses untuk berbagai tuntutan. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan
mental sebagai, "suatu keadaan kesejahteraan dimana
individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja
secara produktif dan baik, dan mampu memberikan
kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan
yang nyata antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang
biasa terjadi dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat,
dan merasakan secara positif kebahagiaan dan
kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran,
perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup,
harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu
sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya
keharmonisan, yang menjauhkan orang dari perasaan
ragu dan bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan
pertentangan (konflik).

B. Konsep sehat
KONSEP SEHAT
DEFINISI SEHAT
Sehat merupakan sebuah keadaan yang
tidak hanya terbebas daripenyakit akan
tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual. Menurut WHO
(1947)Definisi Sehat Dalam Keperawatan
Sehat : Perwujudan individu yang diperoleh
melalui kepuasan dalam berhubungan
dengan orang lain (Aktualisasi).
Perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten sedangkan
penyesesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas
struktural. (Pender (1982))Sehat : Fungsi
efektif dari sumber-sumber perawatan diri
(self care Resouces)yang menjamin tindakan
untuk perawatan diri ( self care Aktions)
secara adekual.Self care Resoureces :
mencangkup pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Self care Aktions : Perilaku yang
sesuai dengan tujuan diperlukan
untuk memperoleh, mempertahan kan dan
menigkatkan fungsi psicososial da piritual.
(Paune (1983) Kesehatan menyatakan
bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara
sosialdan ekonomi (UU No.23,1992)

C. Perkembangan kesehatan mental

Sejarah Perkembangan Kesehatan
Mental
Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali
itu pada jaman nenek moyang yang mengalami
gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri .
Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang
merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa
putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang
penyakit mental . Dengan kesehatan mental ini kita
dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai
dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi
satunya lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan
di kedua sisi itu kira kira 50:50 .
Perlu diketahui disini sejarah tercatat melaporkan
berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental
dan cara menghilangkannya. Hal ini disebabkan oleh
dua alasan , yaitu (1) Sifat dari masalah yang
disebabkan oleh tingkah laku abnormal membuatnya
menjadi merasa ketakutan. (2) Perkembangan semua
ilmu pengetahuan begitu lambat , dan banyak
kemajuan yang sangat penting. Pada masa awal awal
orang yang sakit mental dapat dipahami secara seluruh
sering diperlakukan dengan kurang baik. Di jaman
prasejarah pun manusia purba sering kali mengalami
gangguan mental baik fisik maupun gangguan
gangguan yang baik. Di jaman prasejarah ini juga
terdapat perawatan-perawatan untuk penyakit
gangguan mental yaitu : menggosok,menjilat,mengisap
dan memotong.
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu
kedokteran. Ini terutama karna masalah mental bukan
merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat
diamati dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-
hari hiduo bersama sehingga tingkah laku yang
mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang
biasa bukan lagi sebagai gangguan.

D. Pendekatan kesehatan mental

PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan
dalam kedokteran termasuk psikiatri
mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa
keluhan, baik fisik maupun mental. Orang
yang sehat adalah orang yang tidak
mempunyai keluhan tentang keadaan fisik
dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada
keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya
tidak ada keluhan mental. Dalam ranah
psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak
menimbulkan masalah ketika kita berurusan
dengan orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa yang gejalanya adalah
kehilangan kontak dengan realitas. Orang-
orang seperti itu tidak merasa ada keluhan
dengan dirinya meski hilang kesadaran dan
tak mampu mengurus dirinya secara layak.
Pengertian sehat mental dari orientasi klasik
kurang memadai untuk digunakan dalam
konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu
dikembangkan pengertian baru dari kata
‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang
secara mental belakangan ini lebih
ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Orang yang memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dapat digolongkan sehat
mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian
diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat
individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama
norma sosial dan budaya, kita tidak dapat
menentukan sehat atau tidaknya mental
seseorang dari kondisi kejiwaannya semata.
Ukuran sehat mental didasarkan juga pada
hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang yang dalam
masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat
atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat
sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya
batasan sehat atau sakit mental bukan
sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan
relativitas batasan sehat mental, ada gejala
lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita
sering melihat seseorang yang menampilkan
perilaku yang diterima oleh lingkungan pada
satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di
waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi
yang berakibat kerugian fisik pada orang lain
pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi
sangat dermawan pada saat suasana
hatinya sedang enak. Dapat dikatakan
bahwa orang itu sehat mental pada waktu
tertentu dan tidak sehat mental pada waktu
lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana
kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau
sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai
sehat mental dan tidak sehat mental
sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita pahami
bahwa tidak ada garis yang tegas dan
universal yang membedakan orang sehat
mental dari orang sakit mental. Oleh
karenanya kita tidak dapat begitu saja
memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak
sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau
sakit mental bukan dua hal yang secara
tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat
mental berada dalam satu garis dengan
derajat yang berbeda. Artinya kita hanya
dapat menentukan derajat sehat atau
tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita
hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika
kita berangkat dari pandangan bahwa pada
umumnya manusia adalah makhluk sehat
mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika
kita memandang pada umumnya manusia
adalah makhluk tidak sehat mental.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri,
kesehatan mental perlu dipahami sebagai
kondisi kepribadian seseorang secara
keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan
mental seseorang bukan hanya berdasarkan
jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan seseorang
dalam lingkungannya.
Orientasi Pengembangan diri
Seseorang dikatakan mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat
kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa
dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa)
ternyata yang menjadi pengendali utama
dalam setiap tindakan dan perbuatan
seseorang bukanlah akal pikiran semata-
mata, akan tetapi yang lebih penting dan
kadang-kadang sangat menentukan adalah
perasaan. Telah terbukti bahwa tidak
selamanya perasaan tunduk kepada pikiran,
bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran
tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan
bahwa keharmonisan antara pikiran dan
perasaanlah yang membuat tindakan
seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan
Hygiene mental atau kesehatan mental
adalah mencegah timbulnya gangguan
mental dan gangguan emosi, mengurangi
atau menyembuhkan penyakit jiwa serta
memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial
akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan
masyarakat membawa kepada tercapainya
tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita
tidak dapat menganggap bahwa kesehatan
mental hanya
sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan
masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat
itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan
kemampuan individu secara otomatis,
kecuali jika kita masukkan dalam
pertimbangan kita, kurang bahagia dan
kurang menyentuh aspek individu, dengan
sendirinya akan mengurangi kebahagiaan
dan kemampuan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar