Senin, 30 Maret 2015

Kesehatan mental minggu kelima

A. Pekerjaan Dan Waktu Luang

1. Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan

 Definisi Nilai Pekerjaan

Nilai pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung kepada cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati hati kita ketika mengerjakan pekerjaan itu.

Apa Yang Dicari Dalam Pekerjaan

            Mencari Uang : Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk bekerja. Untuk mencari nafkah ( uang ). untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu pekerjaan. Semakin besar gaji ( uang ) yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut, maka semakin menarik pekerjaan itu. Banyak orang yang berpindah - pindah kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.

            Mencari Pengembangan Diri : Hal ini adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan ( potensi ) diri mereka. Mereka akan mencari pekerjaan dimana mereka dapat mengembangkan diri mereka disana.

            Mencari Teman / Sarana Bersosialisasi : Manusia adalah makhluk sosial yang perlu untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi.

            Mencari Kebanggan / Kehormatan Diri : Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja adalah kebanggan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang lain.

Fungsi Psikologis Dari Pekerjaan

            Fungsi Psikologinya yaitu : Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekerjaan untuk hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk uangnya sendiri. Survei membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan pekerjaanya bahkan jika mereka memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur hidupnya ( Renwick & Lawler, 1978 ).

Contohnya : Seorang individu yang pekerjaanya terarah mungkin meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau konstruksi. Bahkan barang yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy yang dihabiskan oleh pekerjaan mereka. Kemampuan karena kebutuhan akan penghargaan dan penguasaan (Morgan, 1972 ).

2. Menjelaskan Fase - Fase Dalam Memilih Pekerjaan

(-) Tahap Pertama, Pada Umur 15 - 22 tahun : Pada tahap ini, seseorang umumnya memilih jurusan, yang menurutnya baik dan ia suka. Apakah seseorang memilih jurusan tertentu oleh  karena masalah imej jurusan tersebut. Salah satu faktor, bisa juga ia memilih jurusan tertentu karena rekomendasi orang tua dan sisi ekonomi atau peluang kerja.

(-) Tahap Kedua, Pada Umur 22 - 30 tahun : Pada fase ini, orang memilih karir sesuai dengan jurusan yang ia pelajari dikampus. Ia tertarik dengan pekerjaan barunya dan mu;ai menekuni apa yang ia pilih. Ini biasanya bisa terjadi sampai umur 30 tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi kalau di perusahaan tempat ia bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan jenjang karier yang jelas.

(-) Tahap Ketiga, Pada Umur 30 - 38 tahun : Bila seseorang menekuni pekerjaannya pada fase kedua, kinerjanya akan semakin baik pada fase ini. Kinerja umumnya diatas rata - rata. Gairah kerja semakin bertambah. Ia mungkin mencapai posisi manager dalam sebuah perusahaan pada fase ini. Karir semakin mantap dan bisa sampai menduduki posisi Vice President.

(-) Tahap Keempat, Pada Umur 38 - 45 tahun : Inilah tahapan atau fase yang tepat untuk memikirkan ulang yang pekerjaan yang seharusnya ditekuni. Pada fase ini biasanya orang mulai makin sadar akan pekerjaan yang seharusnya ia tekuni. Ini adalah fase yang kritis karena pada fase ini akan muncul pertanyaan. “ Mau Kemana Arah atau Jalur Karir Yang Akan Ditempuh ? “

Pada fase ini persaingan ke posisi yang lebih tinggi semakin ketat. Peluang untuk naik ke posisi yang banyak membuat kebijakan strategissemakin kecil karena persaingan atau ada orang yang lebih hebat atau lebih cerdas dari Anda untuk menduduki posisi tersebut. Pada saat yang sama, anda juga ingin merasakan keluluasaan untuk memberikan keputusan. Ada keinginan untuk membuat keputusan - keputusan yang lebih besar bagi perusahaan atau organisasi yang akan menambah kepuasan diri juga; ada self- actualitation- meminjam istilah dari Abraham Maslow.

(-) Tahap Kelima, Pada umur 45 - 55 tahun : Bila seseorang lolos pada fase keempat, biasanya ia akan semakin mantap pada fase ini, khususnya mereka yang memilih karir atau menemukan pekerjaan yang cocok dengan bakat dan talenta pribadinya. Karirnya akan semakin bersinar.

(-) Tahap Keenam, Pada Umur 55 - 62 tahun : Orang -orang yang sukses melewati tahap keempat dan kelima akan mengalami gairah kerja yang semakin bertambah pada fase ini.

(-) Tahap Ketujuh, Pada Umur 62 - 70 tahun : Pada fase ini orang mulai memikirkan bagaimana meneruskan karir yang sudah dibangun atau perusahan yang sudah dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan siapa yang akan menggantikannya dikemudian hari. Bila anda kebetulan pada fase ini, anda sudah harus memikirkan bagimana agar apa yang sudah dimulai dan dikerjakan bisa diteruskan dalam track yang benar oleh penerus anda.

3. Menjelaskan Hubungan Antara Karakteristik Pribadi & Karakteristik Pekerjaan Dalam Memilih Pekerjaan Yang Cocok

(-) Kepribadian Artistik

karakter : kretaif, imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengeksperesikan diri, suka bekerja tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan design / warna / kata - kata. Orang artistic merupakan pemecahan masalah yang sangat hebat karena mereka menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional.

Pekerjaan yang cocok : editor, grafik desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli kecantikan, model, pemain film, sutradara.

(-) Kepribadian Konvensional

Karakter : menyukai aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati - hati.

Pekerjaan yang cocok : akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis, penerjemah.

(-) Kepribadian Aktif

Karakter : gigih, berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras.

Pekerjaan yang cocok : wiraswasta, direktur program, manajer

(-) Kepribadian Investigasi

Karakter : analitis, intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, menggunakan logika.

Pekerjaan yang cocok : analisis sistem komputer, programmer, dosen, dokter.

(-) Kepribadian Realistis :

Karakter : realistis, praktis, simple, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah dan solusinya.

Pekerjaan yang cocok : tukang listrik , dokter gigi, insinyur.

(-) Kepribadian Sosial

Karakter : suka membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar, murah hati.

Pekerjaan yang cocok : psikolog, guru, mediator, perawat

4. Menjelaskan Bagaimana Menggunakan Waktu Luang Dan Positif

Bagimana menggunakan waktu luang secara positif ?

Waktu adalah satu - satunya modal yang dimiliki oleh manusia, dan ia tidak boleh sampai kehilangan waktu ( Thomas A. Edision )

            Meluangkan Waktu itu ternyata penting dan banyak cara / kegiatan postif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang. Misalnya : Olah Raga, Jalan - jalanatau ngebolang. Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera ibarat bayaran dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau kegiatan yang dilakukan disaat waktu luang bisa juga menghasilkan atau mendapat penghargaan.

Dan bagaimana kita bisa punya waktu luang di sela - sela kesibukan dengan mengaturnya sebaik mungkin ?

1. Jangan pernah terjebak dengan waktu. Bukan waktu yang mengatur kita, tapi kitalah yang mengatur waktu.

2. Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu kerja. Misalnya dengan menulis di smartphone yang kita miliki.

3. Tentukan Prioritas, Dengan prioritas bisa diketahui mana yang mendesak, mana yang kurang.

4. Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus ditaati. Masukkan waktu bekerja, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri sendiri.

5. Pastikan dalam agenda, 50 persen waktu yang dilakukan adalah untuk kegiatan positif atau produktif.

6. Jangan melakukan pekerjaan / hal yang lain sebelum menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu dilakukan. Yang ada keduanya berantakan.

7. Jika tidak berhubungan dengan pekerjaan, jauhkan diri dari sosial media, hingga pekerjaan tuntas diselesaikan.

B. Self Directed Changes

1. Melakukan Perubahan Pribadi Melalui Tahapan :

Bagaimana Cara Meningkatkan Kontrol Diri

1. Bekerjalah dengan Ikhlas. Yakinkan bahwa seluruh amalan baik akan mendapatkan pahala walau tidak enak untuk dikerjakan.

2. Kerjakan setiap aktifitas dengan penuh tanggung jawab, memiliki landasan nilai ( vaIue ) dan prinsip - prinsip yang kuat.

3. Milikilah kebiasaan menerima. Ini akan meningkatkan rasa memiliki.

4. Tingkatkan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan itu, rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan problem umat akan tumbuh.

5. Miliki kebiasaan mempertahankan hak. Dengan cara mendorong sikap percaya diri untuk membela hak - hak kita yang hilang.

6. Milikilah kebiasaan hidup dengan tujuan. Tanpa tujuan yang kuat tak akan ada target dan kurang termotivasi untuk melakukan aktifitas yang baik sekalipun.

7. Memiliki integritas diri. Kekuatan utama bagi penyeru kebaikan terletak pada kekuatan integritas, yaitu kesatuan antara ucapan, statement tertulis dan tindakan kita.

Bagaimana Cara Menetapkan Suatu Tujuan

Dalam bukunya, Stephen R Covey mengatakan bahwa kebiasaan pertama dari orang yang efektif adalah proaktif. Ini berarti mereka bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh dan melihat dirinya sebagai penentu dari nasib sendiri. Kebiasaan kedua adalah mereka memulai dengan tujuan akhir dalam pikiran, yang berarti mereka memutuskan apa yang ingin mereka capai. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pilihan, bagaimanapun keadaannya. Mindset nya adalah “ Saya bertanggung jawab atas diri saya, dan saya mempunyai pilihan”. Komponen utama hidup yang memuaskan adalah visi - tahu apa yang anda inginkan, perencanaan, dan pelaksanaan. layaknya tempat tujuan, peta, dan kendaraan. Target anda adalah tempat tujuan anda. Bermimpilah sebesar - besarnya, visualisasikan pencapaian anda, dan bayangkan anda mencapai tujuan - tujuan tesebut. Lihatlah hari - hari yang akan anda jalani, perasaan anda, dan kepuasan anda. Segera tuliskan mimpi - mimpi tersebut. Anda bisa mengambil secangkir kopi dan memutar lagu favorit sembari kembali ke masa kanak - kanak memikirkan masa depan anda. Tuliskan sebanyak- banyaknya, karena anda akan menyeleksinya.

Setelah memiliki daftar impian anda ( saya menuliskan lebih dari 100 impian! ), kini saatnya membuat impian tersebut menjadi target atau tujuan anda. Target yang tercapai umumnya memiliki karakteristik berikut:

S - Specific ( atau Signifikan )

M - Measurable ( atau Dapat diukur )

A - Attainable ( atau Dapat dicapai )

R - Relevant ( atau Relevan )

T - Time-bound ( atau Memiliki batas waktu )

Contohnya, dibandingkan “ Membeli rumah pertama ”, akan lebih baik menuliskan “ Membeli rumah minimalis 6 kamar dengan teras lapang dengan jarak maksimum 30 menit dari kantor, sebelum akhir tahun ” . Tentunya target ini baru akan tercapai setelah ada persiapan yang matang. Cobalah menuliskan target - target anda dengan kalimat aktif positif, seperti “ Menguasai teknik jual - beli forex ” dibandingkan “ Tidak mengulangi kesalahan bodoh bermain forex ”.  Setelah itu, tentukan prioritas dari setiap target, supaya anda dapat mencapainya satu - persatu, dimulai dari yang paling penting buat anda, tetapi membutuhkan paling sedikit sumber daya.

Bagiamana Menyusun Konsekuensi Yang Efektif

Tips untuk Membantu Anda Membuat Keputusan yang Lebih Baik :

Tetap fokus pada prioritas Anda : Dalam setiap pilihan yang kita miliki, ada godaan untuk fokus jangka pendek … untuk menghilangkan rasa frustrasi dan stres sehingga kita mungkin merasa lebih baik sekarang. Untuk membuat keputusan yang lebih baik, selalu mempertimbangkan prioritas tertinggi Anda … kehidupan yang Anda ingin membuat sendiri. Semakin jelas Anda tentang prioritas hidup Anda, semakin mudah bagi Anda untuk membuat keputusan yang melayani Anda dalam jangka panjang.

Luangkan waktu untuk memahami masalah. Semakin baik Anda memahami masalah yang Anda hadapi semakin besar kemungkinan Anda untuk membuat keputusan yang baik. Melakukan penelitian untuk memahami pilihan Anda, dan potensi konsekuensi dan kemudian tanpa rasa takut berkomitmen.

Berhenti berpegang pada jaminan. Beberapa orang, mereka yang memiliki kecenderungan perfeksionis khususnya, mengalami kesulitan membuat keputusan kecuali mereka telah mencapai titik kepastian mutlak tentang hasilnya. Jika tidak dapat mencapai perasaan kepastian, pikiran mereka berputar - putar dalam lingkaran lebih menganalisis masalah sampai mereka akhirnya menunda - nunda atau memang tidak mengambil tindakan. Ada beberapa hal dalam kehidupan yang datang dengan jaminan, dan perlu diingat … tidak membuat keputusan itu sendiri keputusan.

Hindari membuat keputusan brengsek. Meskipun keputusan tersebut sering cepat diakui sebagai kesalahan, biasanya setelah kerusakan terjadi. Jenis pengpengambilan keputusan sering dikaitkan dengan uang dan jangka pendek aliran adrenalin dari kesempatan untuk mengobati diri pada sesuatu yang khusus vs jangka panjang, meskipun pilihan yang kurang menarik. Tanyakan pada diri Anda bagaimana perasaan Anda tentang keputusan ini setahun dari sekarang. Bagaimana kalau lima tahun?

Membangun kepercayaan dalam pengambilan keputusan Anda. Salah satu kendala terbesar untuk pertumbuhan pribadi dan menjadi pembuat keputusan yang efektif adalah kebutuhan konstan untuk disetujui oleh orang lain. Sekali lagi, ini sering merupakan masalah harga diri. Persetujuan yang Anda perlukan adalah dalam diri Anda.

Meningkatkan standar pribadi Anda. Salah satu hal paling penting yang dapat Anda lakukan untuk diri sendiri adalah untuk meningkatkan standar pribadi Anda. Melakukan hal itu secara alami akan menghilangkan banyak keputusan kecil yang tidak penting yang mungkin mengganggu Anda setiap hari.

Belajar dari masa lalu. Beberapa orang tampaknya menderita masalah yang sama berulang - ulang. Alih - alih mengambil tanggung jawab atas keputusan yang mereka buat dalam proses dan gagal belajar dari pengalaman masa lalu, mereka menyalahkan ‘ karma buruk’ , ‘ nasib ’ atau sejumlah alasan lain untuk masalah mereka. Sekali lagi, ini sering merupakan masalah harga diri dan satu - satunya cara untuk secara efektif bergerak maju adalah menerima peranan seseorang dalam proses, mengidentifikasi apa yang belum berhasil di masa lalu dan mengapa, dan berkomitmen untuk membuat pilihan yang lebih baik di masa depan.

Jangan menyalahkan diri sendiri karena membuat keputusan ‘ salah ’. Tidak ada jaminan bahwa setiap keputusan yang Anda buat akan selalu memiliki hasil yang sempurna. Mengalahkan diri sendiri hanya membuat keputusan yang salah untuk menyebabkan Anda menebak keputusan masa depan dan merusak rasa percaya diri Anda.

Apa Saja Yang Dilakukan Dalam Tahap Evaluasi

Secara garis besar, proses evaluasi terbagi menjadi di awal ( pretest ) dan diakhir ( posttest ).Pretest merupakan sebuah evaluasi yang diadakan untuk menguji konsep dan eksekusi yang direncanakan. Sedangkan, posttest merupakan evaluasi yang diadakan untuk melihat tercapainya tujuan dan dijadikan sebagai masukan untuk analisis situasi berikutnya. Evaluasi dapat dilakukan di dalam atau diluar ruangan.Evaluasi yang diadakan di dalam ruangan pada umumnya menggunakan metode penelitian laboratorium dan sampel akan dijadikan sebagai kelompok percobaan. Kelemahannya, realisme dari metode ini kurang dapat diterapkan. Sementara, evaluasi yang diadakan di luar ruangan akan menggunakan metode penelitian lapangan dimana kelompok percobaan tetap dibiarkan menikmati kebebasan dari lingkungan sekitar.Realisme dari metode ini lebih dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai evaluasi tersebut dengan baik, diperlukan sejumlah tahapan yang harus dilalui yakni menentukan permasalahan secara jelas, mengembangkan pendekatan permasalahan, memformulasikan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan kemampuan menyampaikan hasil penelitian.


Minggu, 22 Maret 2015

Kesehatan mental minggu ke 4 CINTA DAN PERKAWINAN


CINTA DAN PERKAWINAN
  
Cinta dan Perkawinan Menurut Plato 

         Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.

A. BAGAIMANA MEMILIH PASANGAN
       Memilih pasangan hidup merupakan sesuatu hal yang sangat penting hukumnya atau (wajib), Karna dalam hidup apa lagi sih yang kita cari kalo bukan jodoh kita. Salah satunya pasangan hidup merupakan tujuan utama dalam hidup ini, karna menurut agama kenapa Allah menciptakan Perempuan dan Laki-laki. agar mereka bisa hidup berpasang-pasangan.

 Pilihlah karena Agamanya..

2. kenali dengan cara menanyakan kepada orang yang paling dekat dengannya dan dapat kita percaya..

3. letakkan niat pada tempat yang benar, karena segala perbuatan membutuhkan dan sangat dipengaruhi niat..

4. Shalat istikharah untuk mohon petunjuk kepada ALLAH juga patut dilakukan..

5. Apabila semua ini telah dilakukan, maka pasrahkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala akan keputusan-NYA, jangan keluh kesah, karena itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah..

6. Dan terakhir, jangan bosan untuk berbekal ilmu pernikahan , karena berbekal ilmu adalah lebih baik daripada tidak membekali diri pada saat masuk ke dunia yang baru.

B. Hubungan dalam perkawinan
Keluarga dapat terbentuk berdasarkan perkawinan. Pengertian perkawinan itu sendiri merupakan suatu pola social yang dimana dua orang atau lebih untuk membentuk sebuah keluarga. Memang tidak semua keluarga harus diikat oleh ikatan perkawinan, misalnya saja kasus kumpul kebo yang merupakan incest taboo (hal yang menimpang atau dianggap tabu). Namun hal ini dapat mengakibatkan disfungsi pada keluarga itu sendiri.

Banyak pola-pola hubungan antara perkawinan dan keluarga. Pertama, seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi, yaitu pola hubungan keluarga yang tidak didasari dengan perkawinan atau illegal (kumpul kebo). Proses sosialisasi ke masyarakat untuk keluarga seperti ini cukup sulit. Karena pola hubungan keluarga dan perkawinan seperti ini dianggap buruk oleh masyarakat. Fungsi-fungsi dan peran masing-masing anggota keluargapun sulit unutk dilaksanakan akibat banyaknya tekanan-tekanan dari masyarakat sekitar keluarga itu tinggal.

Kedua, pola hubungan perkawinan dan keluarga didasari dengan perkawinan yang sah dan legal. Hampir seluruh warga di Indonesia merupakan bagian dari pola hubungan keluarga dan perkawinan seperti ini. Sehingga proses sosialisasi untuk keluarga seperti ini dapat berjalan dengan lancar dan baik. Keluarga dengan tipe seperti inipun bisa dikatakan keluarga yang baik sebab dengan sah dan legalnya sebuah keluarga, maka proses sosialasasi dan penerapan fungsi serta peran-peran dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Terakhir, pola hubungan perkawinan dan keluarga berdasarkan hubungan sedarah atau satu keturunan. Menurut agama islam, hal ini sangat dilarang karena menikah dengan orang yang memiliki hubungan sedarah berarti menikah dengan seseorang sepersusuan. Menurut ilmu kedokteran, menikah dengan saudara sedarahpun juga dilarang sebab, jika seseorang menikah dengan orang yang sedarah otomatis atauk keturunan yang dihasilkan merupakan hasil prcampuran kedua darah yang sama. Percampuran kedua darah yang sama ini dapat mengakibatkan pengumpalan-penggumpalan dalam tubuh anak itu yang menyebabkan cacatnya organ atau mental si anak.

Hal seperti ini masih banyak terjadi pada masyarakat terpencil yang belum mengerti bahaya menikah dengan seseorang yang masih ada hubungan darah. Sehingga ada beberapa komunitas atau kampung yang penduduknya memiliki kelainan jiwa atau cacat. Hal ini disebabkan karena adap yang memaksa. Jika mereka tidak mengikuti adat, maka mereka akan dikeluarkan dari komunitas tersebut.

Pola-pola hubungan perkawinan seperti diatas merupakan hal yang masih sering terjadi dimasyarakat dunia khusnya di Indonesia sendiri. Banyak kasus-kasus tentang kumpul kebo atau nikah sirih yang mulai terungkap belakangan ini. Untuk pola keluarga yang tidak dilandasi perkawinan dapat kita jumpai di Negara-negara barat.

Beraneka ragamnya pola hubungan antara keluarga dan perkawinan menandakan bahwa masyarakat zaman sekarang sudah mulai mengalami perubahan social. Dahulu ketika perkawinan masih dianggap sacral, tidak ada yang namanya seseorang melakukan kumpul kebo atau hal menyimpang lainnya. Namun seriring perkembangan zaman, semuanya telah berubah. Perkawinan dan sebuah keluarga merupakan suatu hal yang di anggap sebagai hal yang tidak sacral lagi.

C. Penyesuaian dalam perkawinan

Penyesuaian personal
Penyesuaian diri dan pertumbuhan personal

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment ataupersonal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya

sendirisehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.

2. Penyesuaian Sosial

Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.  Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan.Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.

Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.

Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.

Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

D. Perceraian dan pernikahan kembali
dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.

Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.

Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.

Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.

Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.

E. Alternatif selain pernikahan

Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??

Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang.Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.

Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.

Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.

Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.

Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.

Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.

Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.

Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.

Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.

Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh pelajang.

Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.

Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.

Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.

Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.

Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.

Sabtu, 14 Maret 2015

KESEHATAN MENTAL MINGGU KE 3

A. PENGERTIAN STRESS

Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).

Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.[2] Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.

Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

GENERAL ADAPTION SYNDROME
Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress disebut sebagai general adaption syndrome, yang terdiri dari tiga fase:
a.       Alarm reaction(reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor(perubahan) dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam. Ditambah dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.
b.      The stage of resistance( reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor, rasa tidak senang dihadapi dengan ramah dan sebagainya
c.       Stage of exhaustion( reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya. Kadang muncul gangguan tidak mau makan atau terlalu banyak makan.
Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a.       Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b.      Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c.       Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi fisik, lingkungan, dan sosial merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor.Istilah stressor pertama kali diperkenalkan oleh selye. Jenis –jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut : masalah perkawinan, masalah keluarga, masalah hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, lingkunagn hidup, masalah hukum, keuangan, perkembangan penyakit fisis dan lain-lain
Macam-macam Stressor
Adapula yang membagi stressor menjadi:
a.       Stressor fisis : seperti panas, dingin, suara bising dan sebagainya
b.      Stressor sosial seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, pekerjaan, karir, masalah       keluarga, hubungan intepersonal, dan lain-lain.
c.       Stessor psikis misalnya frustasi, rendah diri,perasaan berdosa, masa depan yang tidak jelas dan sebagainya.
Lazarus dan Cohen mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kategori, yaitu :
1.      Cataclysmic events
Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.
2.      Personal stressor
Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.
3.      Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
B. TIPE STRESS
Ada beberapa jenis-jenis stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1.      Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari  dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2.      Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya  timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3.      Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
a.       Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b.      Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c.       Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan  sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.

C. SYMPTON REDUCING STRESS

Symptom reducing responses terhadap stress

Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah, Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a.        Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.

Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar (Santrock, 2003 : 567) :
a. strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b. strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres.

Menurut Ebata & Moos, 1994 (dalam Santrock, 2003 : 567) individu yang menggunakan strategi mendekat untuk menghadapi stres adalah remaja yang berusia lebih tua, lebih aktif, menilai stresor utama yang muncul sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan dan sebagai suatu tantangan, dan memiliki sumber daya sosial yang dapat digunakan. Sedangkan, individu yang menggunakan strategi menghindar mudah merasa tertekan dan mengalami stres, memiliki stresor yang lebih kronis, dan telah mengalami kejadian-kejadian yang lebih negatif dalam kehidupannya selama tahun sebelumnya.
Berpikir positif dan self-efficacy
Menurut Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata-rata.
Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Bagi beberapa orang, melihat segala sesuatu dengan terlalu cermat dapat mengakibatkan merasa tertekan. Secara keseluruhan, dalam kebanyakan situasi, orientasi yang berdasar pada kenyataan atau khayalan yang sedikit di atas rata-rata dapat menjadi yang paling efektif (dalam Santrock, 2003 : 568).
Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock, 2003 : 568), keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres. Berbagai strategi penanganan stres. Dalam penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor (Susman, 1991 dalam Santrock, 2003 : 569).
Defence mechanism
1.         Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.

2.      Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.

3.      Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.

4.      Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.

5.      Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6.      Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7.      Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.

8.      Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.

9.      Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”

10.  Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11.  Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12.   Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.    
    

13.  Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.

14.  Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Pendekatan problem solving terhadap stress
Strategi koping yang spontan mengatasi stress
Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat . Misalnya , kita menghadapi masalah yang membuat kita stres jalan satu-satunya ialah yakin kepada tuhan dan berdoalah maka tuhan pun memberi jalan keluarnya kepada kita .
-    Strategi coping yang spontan mengatasi stres ada dua yaitu :
1.  Strategi Terfokus Masalah yang disebut juga Problem focus coping, yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya. Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalahnya, mencari pemecahan alternative, menimbang-nimbang alternative tersebut, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya.
2.  Strategi Terfokus Emosi yang disebut juga Emotion focus coping, yaitu upaya untuk memecahkan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Terdapat banyak cara untuk mengatasi emosi negative.

HUBUNGAN INTERPERSONAL

hubungan interpersonal adalah suatu kondisi atau keadaan bagaimana cara kita mengenali diri kita terhadap lingkungan sekitar, apakah kita sudah mengetahui siapa diri kita dan apa hal yang terbaik yang prenah kita lakukan. Contoh orang yang tidak memiliki interpersonal yaitu gampang emosi, marah yang meledak ledak dan mudah putus asa atau tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat merubahnya lebih baik. Orang yang mempunyai banyak teman dan dapat menjadi orang yang fleksibel adalah orang yang mampu membaca situasi disekitarnya dan dapat beradaptasi dengan lingkungan. Tapi ada definisi lain berdasarkan sumber yang tepat dan benar tentang hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Hubungan interpersonal mempunyai 4 model yang diantaranya meliputi :

1.       Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).

2.       Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.

3.       Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a)      Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b)     Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c)      Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).

4.       Model Interaksional (interacsional model).
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.

Pembentukan kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam memulai hubungan.
Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :

1.       Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a)      informasi demografis.
b)     sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)      rencana yang akan datang.
d)     kepribadian.
e)      perilaku pada masa lalu.
f)       orang lain serta,
g)     hobi dan minat.

2.       Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)      keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b)     Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c)      respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d)     nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).

C.      Model Peran, konflik adequacy peran serta auntensitas dalam hubungan peran.
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.

Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)      Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b)     Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)      Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)     Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)      Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

Jenis Hubungan Interpersonal.
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu :

a)      Berdasarkan jumlah individu yang terlibat.
a.1) Hubungan diad.
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.

                               a.2) Hubungan Triad.
hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).

b)     Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
b.1) Hubungan tugas.
merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.

      b.2) Hubungan Sosial.
merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

c)      Berdasarkan jangka waktu.
c.1) Hubungan jangka pendek.
Merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya    hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
c.2) Hubungan jangka panjang.
berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).

d)     Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).

Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu :
a)      Komunikasi efektif.
b)     Ekspresi wajah.
c)      Kepribadian.
d)     Stereotyping.
e)      Daya tarik.
f)       Ganjaran.
g)     Kompetensi.

Intimasi dan Hubungan Pribadi.
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a)      Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b)      Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c)       Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)      Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e)      Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).

Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.

Minggu, 08 Maret 2015

Kesehatan Mental (softskill) minggu 2.

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

A. Teori kepribadian sehat menurut Aliran
Psikoloanalisa, Behavioristik, Humanistik
a. Psikoanalisa
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model
kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali
diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938).
Freud mengembangkan teorinya tentang struktur
kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan
dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran
dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang
kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan
atau dorongan yang mencari pemunculan dalam
perilaku dan pikiran. Psikoanalisis mempunyai
metode untuk membongkar gangguan – gangguan
yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain
dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi
bebas. Teori Psikologi Freud didasari pada
keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat
suatu energi psikis yang sangat dinamis yaitu Id,
Ego dan Super Ego dengan Id merupakan bagian
palung primitif dalam kepribadian, Ego merupakan
bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi
secara rasional berdasakan prinsip kenyataan.
Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara
realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk
menyaring dorongan-dorongan yang ingin
dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan dan
Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai
moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan
lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego
merupakan hati nurani seseorang dimana
berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar
atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada
kesempurnaan.
Dalam Teori Psikoanalisa freud mengemukakan
bahwa manusia itu di pengaruhi dan dimotivasi
oleh dorongan alam sadar dan alam tidak sadar
serta alam bawah sadar.

B. Aliran behavioristik
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1. Menekankan pada respon-respon yang
dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari
pada perilaku yang tidak dipelajari.
Behaviorisme menolak kecenderungan pada
perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang.
Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara
perilaku
manusia dan perilaku binatang.

Kepribadian Sehat Menurut Aliran
Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah
gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an.
Aliran humanistik merupakan konstribusi dari
psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport,
Abraham Maslow dan Carl Rogers Menurut aliran
humanistik kepribadian yang sehat, individu
dituntut untuk mengembangkan potensi yang
terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja
mengandalakan pengalaman-pengalaman yang
terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri
untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang
baik dan benar sehingga menghasilkan respon
individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah
mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh
pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri
adalah mampu mengedepankan keunikan dalam
pribadi setiap individu, karena setiap individu
memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi
kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya
keseluruhan kapasitas martabat dan nilai
kemanusiaan untuk menyatakan diri dan
mengatualisasikan diri.
Menurut Abraham Maslow Orang yang sehat
secara Psikologis adalah orang yang terpenuhi akan
kebutuhan-kebutuhan ini
1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological
needs)
2) Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety
needs / the security needs)
3) Kebutuhan rasacinta dan memiliki (the love and
belongingness needs)
4) Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem
needs)
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-
actualization needs)

Teori kepribadian sehat menurut carl rogers
Kepribadian Menurut Carl Rogers
Kepribadian menurut Rogers meliputi :
KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT CARL ROGER
Menurut Rogers orang yang memiliki
kepribadian sehat adalah orang yang dapat
mengaktualisasikan diri. Jadi manusia yang sadar
dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa
kanak-kanak seperti yang di ajukan oleh aliran
freudian, misalnya toilet training, penyapihan
ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers
lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat
bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi
cara bagaimana seseorang memandang masa
sekarang yang akan mempengaruhi juga
kepribadiannya.
Aktualisasi dapat memudahkan dan
meningkatkan pematangan dan pertumbuhan.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri
dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi
psikologisnya yang unik. Roger percaya bahwa
manusia memiliki dorongan yang dibawanya sejak
lahir untuk menciptakan dan hasil ciptaan yang
paling penting adalah diri orang sendiri, suatu
tujuan yang dicapai jauh lebih sering oleh orang-
orang yang sehat daripada orang-orang yang sakit
secara psikologisnya.
Menurut roger manusia yang rasional dan
sadar, tidak dikontrol oleh masa kanak-kanak,
tetapi menurutnya masa sekarang dan bagaimana
kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat
jauh lebih penting daripada maa lampau. Tetapi
beliau mengemukakan bahwa pengalaman-
pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi
kita memandang masa sekarang yang dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis.
Menurut Rogers orang yang memiliki
kepribadian sehat adalah orang yang dapat
mengaktualisasikan diri. Jadi manusia yang sadar
dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa
kanak-kanak seperti yang di ajukan oleh aliran
freudian, misalnya toilet training, penyapihan
ataupun pengalaman seksual sebelumnya. Rogers
lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat
bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi
cara bagaimana seseorang memandang masa
sekarang yang akan mempengaruhi juga
kepribadiannya.
Sebagai makhluk hidup manusia
merupakan organisme, yaitu makhluk fisik
( physical creature ) dengan semua fungsi-fungsinya,
baik secara fisik maupun psikis. Organisme ini
juga merupakan locus (tempat) semua pengalaman,
dan pengalaman ini merupakan persepsi seorang
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri
sendiri dan juga di dunia luar.
Pengertian organisme mencakup 3 hal :
1. Makhluk hidup : organisme adalah makhluk
yang lengkap dengan fungsi fisik dan psikisnya.
Organisme adalah tempat semua pengalaman,
segala sesuatu yang secara potensial terdapat
dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi
seseorang mengenai event yang terjadi di dalam
diri dan di dunia luar.
2. Realitas subjektif : organisme menanggapi
dunia seperti yang diamati atau dialaminya.
Realita adalah medan persepsi yang sifatnya
subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita
subjektif semacam itulah yang menentukan/
membentuk tingkah laku.
3. Holisme : organisme adalah salah satu kesatuan
sistem, sehingga perubahan pada suatu bagian
akan mempengaruhi bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi dan
bertujuan yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan dan mengembangkan diri.
Medan fenomenal merupakan keseluruhan
pengalaman internal (persepsi mengenai diri
sendiri) dan pengalaman eksternal
- Pengalaman yang disimbolkan ( symbolized )
pengalaman disadari
- Pengalaman yang disimbolkan tetapi
diingkari atau terdistorsi ( denied or distorted )
pengalaman disadari
- Pengalaman yang tidak disimbolkan atau
diabaikan ( ignored) pengalaman tidak disadari.
Dinamika kepribadian
Menurut roger organisme memiliki satu motivasi
utama yaitu kecenderungan untuk aktualisasi diri
dan tujuan utama hidup manusia adalah untuk
menjadi manusia yang bisa mengaktualisasikan
diri, dapat diartikan sebagai motivasi yang
menyatu dalam setiap makhluk hidup yang
bertujuan mengembangkan seluruh potensi-
potensinya sebaik mungkin. Pada dasarnya
manusia memiliki dua kebutuhan utama yaitu
kebutuhan untuk penghargaan positif baik dari
orang lain maupun dari diri sendiri.
Rogers percaya, manusia memiliki satu motif dasar,
yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri.
Kecendeurngan ini adalah keinginan untuk
memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai
tahap “human-beingness ” yang setinggi-tingginya.
Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-
cara yang berbeda sesuai dengan kepribadian
kita. Proses penilaian ( valuing process ) bawah
sadar memandu kita menuju perilaku yang
membantu kita mencapai potensi yang kita miliki.
Rogers percaya, bahwa manusia pada dasarnya
baik hati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif
hanya jika konsep diri yang buruk atau hambatan-
hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
Manusia adalah makhluk yang bergerak maju
kecenderungan dasar manusia adalah untuk
mencapai aktualisasi diri (untuk mewujudkan,
memelihara & meningkatkan pengalaman).
Kebutuhan yang ada pada manusia untuk
mencapai aktualisasi yakni kebutuhan
pemeliharaan ( maintenance ) memuaskan
kebutuhan dasar.
Kebutuhan peningkatan diri
( enhancement ) menjadi lebih baik,
berkembang, mencapai tujuan.
Kebutuhan lain yaitu kebutuhan
penerimaan positif dari orang lain
( positive regard of others ) dan
penerimaan positif dari diri sendiri ( self
regard ).
Untuk bergerak ke arah mendapatkan tujuannya
manusia harus mampu untuk membedakan antara
perilaku yang progresif yaitu perilaku yang
mengarahkan pada aktualisasi diri dan perilaku
yang regresif yaitu perilaku yang menghalangi
pada tercapainya aktualisasi diri. Manusia harus
memilih dan mampu membedakan mana yang
regresif dan mana yang progresif. Dan memang
dorongan utama manusia adalah untuk progresif
dan menuju aktualisasi diri.

B. TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ABRAHAM
MASLOW
Dalam teori kepribadian sehat ada
beberapa macam point yang dijabarkan tentang
pendekatan maslow terhadap kepribadian. Dimana
salah satunya maslow menyelidiki kesehatan
psikologis, dimana satu-satunya orang yang
dipelajari adalah orang yang ssehat.
Konsep mental menurut Abraham Maslow
1. Hierarki kebutuhan manusia
Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal
yang dibawa sejak lahir yang tersusun dalam suatu
tingkat dari yang paling kuat sampai yang paling
lemah. Ibarat suatu tangga, kita harus meletakkan
kaki pada anak tangga pertama sebelum berusaha
mencapai anak tangga kedua, dan seterusnya,
sampai kita mampu naik pada tingkat yang paling
tinggi. Dan kebutuhan-kebutuhan itu adalah :
1. Kebutuhan Fisiologis . Kebutuhan fisiologis
adalah kebutuhan-kebutuhan yang jelas
terhadap makanan, air, udara, tidur, seks
dan pemuasan terhadap kebutuhan-
kebutuhan itu sangat penting untuk
kelangsungan hidup. Dan juga kebutuhan ini
merupakan yang terkuat dan sifatnya amat
penting dari semua kebutuhan.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman . Kebutuhan-
kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan
akan jaminan, stabilitas, ketertiban, bebas
dari ketakutan dan kecemasan. Kebutuhan
akan rasa aman juga merupakan kebutuhan
untuk mendapatkan perlindungan agar
dapat melangsungkan hidup dengan baik.
3. Kebutuhan Akan Memiliki Cinta dan Kasih .
Kebutuhan ini semacam layak untuk
mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang
terhadap orang lain, baik seperti orang tua,
kakak, adik, sahabat, ataupun saudara
dengan tujuan agar merasakan perasaan
memiliki. Kita memuaskan kebutuhan-
kebutuhan kita akan cinta dengan
membangun suatu hubungan akrab dan
penuh perhatian, dan dalam hubungan ini
memberi dan menerima cinta adalah sama
pentingnya.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan . Yaitu
penghargaan yang berasal dari orang lain
dan juga terhadap diri sendiri. Penghargaan
yang berasal dari orang lain (dari luar)
misalnya popularitas ataupun keberhhasilan
dalam masyarakat. Ada banyak cara juga
supaya orang lain bisa menghargai kita,
menurut saya apabila dengan cara yang
negatif, kita bisa saja memamerkan serta
gengsi kita dengan apa yang kita miliki,
seperti mengendarai mobil mewah yang kita
miliki, membeli rumah besar, dsb. Kita tidak
dapat menghargai diri kita jika kita tidak
mengetahui kita apa dan siapa.
5. Aktualisasi diri . Apabila kita telah memuaskan
semua kebutuhan diatas, maka kita didorong oleh
kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai
perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan
semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan
kapasitas kita. Kita harus bisa menjadi menurut
potensi yang kita miliki. Maslow menyebutkan
apabila kita dapat memuaskan kebutuhan kita dari
tingkat yang rendah, kita masih merasa aman
secara fisik maupun emosional, mempunyai rasa
memiliki dan juga merasa bahwa kita adalah diri
yang berharga. Namun apabila kita gagal dalam
tahap aktualisasi diri ini, maka kita akan merasa
kecewa, tidak tenang dan tidak puas. Dengan
begitu, kita tidak akan berada dalam damai pada
diri kita sendiri dan tidak bisa dikatakan bahwa kita
sehat secara psikologis.
2. Kepribadian yang sehat menurut Maslow
Seperti yang disebutkan diatas, menurut Maslow
jika tingkat kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat
terpenuhi, maka kita tidak bisa disebut sebagai
manusia yang sehat secara psikologis. Maslow juga
menyebutkan bahwa orang yang sehat adalah orang
mampu mengaktualisasikan diri mereka dengan
baik dan imbang, mereka juga dapat
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lebih
tinggi yaitu memenuhi potensi-potensi yang mereka
miliki serta mengetahui dan memahami dunia
sekitar mereka. Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri itu tidak berjuang, tetapi
mereka berusaha, Maslow menyebut teori ini dalam
“metamotivation”. Ia juga menulis “Motif yang
paling tinggi ialah tidak didorong dan tidak
berjuang”, itu berarti memang orang yang mampu
mengaktualisasikan diri tidak berjuang melainkan
berusaha.
Menurut Maslow, syarat untuk mencapai aktualisasi
diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang
tadi tela disebutkan, yaitu memuaskan hierarki
empat kebutuhan yang ada, diantaranya yang
pertama adalah kebutuhan akan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, cinta kasih, serta
penghargaan diri. Dan kebutuhan ini harus
terpenuhi sebelum timbul kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Kita juga tidak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dalam waktu yang sama, akan tetapi dapat
membutuhkannya dalam waktu yang berbeda.
Hanya kebutuhan yang sangat penting yang akan
dirasakan pada saat bersamaan dan dalam setiap
momen tertentu.

C. Teori kepribadian sehat menurut fromm
Menurut Erich Fromm, manusia adalah
makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut,
maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya
kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial.
Masyarakat sangat penting peranannya dalam
membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian
seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam
masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang
berkepribadian sehat adalah masyarakat yang
hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di
dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar
tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena
watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan
dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan
pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang
dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5
tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk
membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari
setiap orang di dalam masyarakat bukan penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat
adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat
sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang
manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan
lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah
keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa
yang dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A
man whose goal in life is being, not having and using).
Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
mampu mengembangkan hidupnya
sebagai makhluk sosial di dalam
masyarakat,
mampu mencintai dan dicintai,
mampu mempercayai dan dipercayai
tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
mampu hidup bersolidaritas dengan
orang lain tanpa syarat,
mampu menjaga jarak antar dirinya
dengan masyarakat tanpa merusaknya
memiliki watak sosial yang produktif.

D. A. PENYESUAIAN DIRI
Arti Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri ( adjustment )
merupakan suatu istilah yang sangat sulit
didefinisikan karena (1) penyesuaian diri
mengandung banyak arti, (2) criteria untuk menilai
penyesuaian diri tidak dapat dirumuskan secara
jelas, dan (3) penyesuaian diri ( adjustment ) dan
lawannya ketidakmampuan menyesuaikan diri
( maladjustment ) memiliki batas yang sama sehingga
akan mengaburkan perbedaan diantara keduanya.
Dengan demikian, apabila kita mau menghilangkan
kekacauan atau salah pengertian mengenai apa itu
penyesuaian diri, maka kita harus tahu konsep-
konsep dasarnya.
Penyesuaian Diri sebagai Adaptasi
Secara historis arti istilah “penyesuaian
diri” sudah mengalami banyak perubahan. Karena
kuatnya pengaruh pemikiran evolusi pada
psikologi, maka penyesuaian diri disamakan
dengan adaptasi, yaitu proses dimana organism
yang agak sederhana mematuhi tuntutan-tuntutan
lingkungan. Meskipun ada persamaan diantara
kedua istilah tersebut, namun penyesuaian diri
yang kompleks tidak cocok dengan konsep adaptasi
biologis yang sederhana. Erich Fromm dalam
bukunya, Escape from Freedom , (Fromm, 1941)
mengemukakan konsep adaptasi yang menarik dan
berguna yang mendekati ide penyesuaian diri.
Fromm membedakan apa yang dinamakannya
adaptasi statis dan adaptasi dinamik. Ia
menggunakan adaptasi statis untuk menyebut
perubahan kebiasaan yang relatif sederhana,
misalnya orang berpindah dari satu kota kekota
yang lain. Sedangkan adaptasi dinamik adalah
sistuasi dimana seseorang menerima hal-hal
meskipun menyakitkan, misalnya seorang anak
laki-laki tunduk kepada perintah ayah yang keras
dan mengancam. Fromm menafsirkan neurosis
sebagai respons dinamik, adaptasi yang sama
dengan penyesuaian diri.
Penyesuaian Diri dan Individualitas
Dalam mendefinisikan penyesuaian diri,
kita tidak boleh melupakan perbedaan –perbedaan
individual. Anak yang sangat cerdas atau genius
tidak sesuai dengan pola “normal”, baik dalam
kapasitas maupun dalam tingkah lakunya, tetapi
kita tidak dapat menyebutnya sebagai orang yang
tidak dapat menyesuaikan diri. Sering kali norma-
norma sosial dan budaya begitu kaku untuk
dituruti dengan baik. Misalnya, sering terjadi
dibeberapa Negara, warga Negara menolak undang-
undang abortus atau sterilisasi yang dikeluarkan
oleh Negara. Orang yang tidak dapat menerima
undang-undang ini, tidak dapat tidak dapat
dianggap sebagai orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri.
Penyesuaian Diri sebagai Penguasaan
Penyesuaian diri yang baik kelihatannya
mengandung suatu tingkat penguasaan yang baik
pula, yaitu kemampuan untuk merencanakan atau
mengatur respons-respons pribadi sedemikian rupa
sehingga konflik-konflik, kesulitan-kesulitan dan
frustasi-frustasi akan hilang dengan munculnya
tingkah laku yang efisien atau yang menguasai.
Gagasan ini jelas berguna tetapi tidak
memperhitungkan kelemahan-kelemahan
individual. Kebanyakan orang tidak memiliki
kemampuan yang dituntut oleh penguasaan itu.
pemimpin-pemimpin, orang-orang ang genius, dan
orang-orang yang IQ-nya diatas rata-rata mungkin
diharapkan memperlihatkan penguasaan yang luar
biasa itu, tetapi meskipun demikian orang-orang
ini pun sering mengalami kegagalan. Ini justru
mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki
tingkat penyesuaian dirinya sendiri, yang
ditentukan oleh kapasitas-kapasitas bawaan,
kecenderungan-kecenderungan yang diperoleh, dan
pengalaman.
Definisi Penyesuaian Diri
Dari segi pandangan psikologis,
penyesuaian diri memiliki banyak arti, seperti
pemuasan kebutuhan, keterampilan dalam
menangani frustasi dan konflik, ketenangan
pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan simtom-
simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul
dengan baik dengan orang lain dan bagaimana
menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan. Tyson
menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk
beradaptasi, kemampuan berafeksi, kehidupan
yang seimbang, kemampuan untuk mengambil
keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap
frustasi, humor, sikap yang tidak ekstrem,
objektivitas, dan lain-lain (Tyson, 1951).
Kita tidak dapat mengatakan bahwa
penyesuaian diri itu baik atau buruk. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah
cara individual atau khusus organismedalam
bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan dari dalam
atau situasi-situasi dari luar. Untuk beberapa orang
mungkin reaksi ini bisa efisien, sehat atau
memuaskan. Sementara untuk orang lain reaksi ini
melumpuhkan, tidak efektif, atau bahkan patologik.
Jadi, kita dapat mendefinisikan dengan
sederhana, bahwa penyesuaian diri itu adalah
suatu proses yang melibatkan respons-respons
mental dan tingkah laku yang menyebabkan
individu berusaha menanggulangi kebutuhan-
kebutuhan, tegangan-tegangan, frustasi-frustasi,
dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan
tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-
tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia
dimana ia hidup. Dalam arti ini, kebanyakan
respons cocok dengan konsep penyesuaian diri.
Konsep Penyesuaian Diri yang Baik
Apa itu penyesuaian diri yang baik?
Pasti itu yang ada dibenak kita setelah kita
mendengar konsep penyesuaian diri yang baik.
Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
adalah orang yang memiliki respons-respons yang
matang, efisien, memuaskan dan sehat. Sebaliknya,
orang yang neurotic adalah orang yang sangat tidak
efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas
secara lengkap.
Istilah “sehat” berarti respons yang baik
untuk kesehatan, yakni cocok dengan kodrat
manusia, dalam hubungannya dengan orang lain
dan dengan tanggung jawabnya. Kesehatan
merupakan cirri yang sangat khas dalam
penyesuaian diri yang baik. singkatnya, meskipun
memiliki kekurangan-kekurangan kepribadian,
ornag yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-
situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-
konflik, frustasi-frustasi dan masalah-masalah
tanpa menggunakan tingkah laku yang simtomatik.
Karena itu, ia relative bebas dari simtom-simtom,
seperti kecemasan kronis, obsesi, atau gangguan-
gangguan psikofisiologis (psikosomatik). Ia
menciptakan dunia hubungan antarpribadi dan
kepuasan-kepuasan yang ikut menyumbangkan
kesinambungan pertumbuhan kepribadian.

Kesehatan Mental (softskill) minggu 1

A. Orientasi kesehatan mental

KESEHATAN MENTAL:
Kesehatan mental, berasal dari dua kata, yakni
“kesehatan” dan “mental”. Kesehatan berasal dari kata
“sehat”, yang merujuk pada kondisi fisik. Individu yang
sehat adalah individu yang berada dalam kondisi fisik
yang baik, dan bebas dari penyakit. Sedangkan “mental”
adalah kepribadian yang merupakan kebulatan dinamik
yang tercermin dalam cita-cita, sikap, dan perbuatan.
Mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran,
emosi, sikap, dan perasaan yang dalam keseluruhan atau
kebulatannya akan menentukan tingkah laku, cara
menghadapi suatu hal yang menekan perasaan,
mengecewakan, atau yang menggembirakan dan
menyenangkan.
Kesehatan mental menggambarkan tingkat kesejahteraan
psikologis, atau adanya gangguan mental. Dari perspektif
'psikologi positif' atau 'holisme', kesehatan mental dapat
mencakup kemampuan individu untuk menikmati hidup,
dan menciptakan keseimbangan antara aktivitas
kehidupan dan upaya untuk mencapai ketahanan
psikologis. Kesehatan mental juga dapat didefinisikan
sebagai suatu ekspresi emosi, dan sebagai penanda
adaptasi sukses untuk berbagai tuntutan. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan
mental sebagai, "suatu keadaan kesejahteraan dimana
individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan yang normal dari kehidupan, dapat bekerja
secara produktif dan baik, dan mampu memberikan
kontribusi bagi dirinya sendiri dan masyarakat.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan
yang nyata antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang
biasa terjadi dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat,
dan merasakan secara positif kebahagiaan dan
kemampuan dirinya. Fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran,
perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup,
harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu
sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya
keharmonisan, yang menjauhkan orang dari perasaan
ragu dan bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan
pertentangan (konflik).

B. Konsep sehat
KONSEP SEHAT
DEFINISI SEHAT
Sehat merupakan sebuah keadaan yang
tidak hanya terbebas daripenyakit akan
tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual. Menurut WHO
(1947)Definisi Sehat Dalam Keperawatan
Sehat : Perwujudan individu yang diperoleh
melalui kepuasan dalam berhubungan
dengan orang lain (Aktualisasi).
Perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten sedangkan
penyesesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas
struktural. (Pender (1982))Sehat : Fungsi
efektif dari sumber-sumber perawatan diri
(self care Resouces)yang menjamin tindakan
untuk perawatan diri ( self care Aktions)
secara adekual.Self care Resoureces :
mencangkup pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Self care Aktions : Perilaku yang
sesuai dengan tujuan diperlukan
untuk memperoleh, mempertahan kan dan
menigkatkan fungsi psicososial da piritual.
(Paune (1983) Kesehatan menyatakan
bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara
sosialdan ekonomi (UU No.23,1992)

C. Perkembangan kesehatan mental

Sejarah Perkembangan Kesehatan
Mental
Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali
itu pada jaman nenek moyang yang mengalami
gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri .
Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang
merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa
putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang
penyakit mental . Dengan kesehatan mental ini kita
dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai
dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi
satunya lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan
di kedua sisi itu kira kira 50:50 .
Perlu diketahui disini sejarah tercatat melaporkan
berbagai macam interpretasi mengenai penyakit mental
dan cara menghilangkannya. Hal ini disebabkan oleh
dua alasan , yaitu (1) Sifat dari masalah yang
disebabkan oleh tingkah laku abnormal membuatnya
menjadi merasa ketakutan. (2) Perkembangan semua
ilmu pengetahuan begitu lambat , dan banyak
kemajuan yang sangat penting. Pada masa awal awal
orang yang sakit mental dapat dipahami secara seluruh
sering diperlakukan dengan kurang baik. Di jaman
prasejarah pun manusia purba sering kali mengalami
gangguan mental baik fisik maupun gangguan
gangguan yang baik. Di jaman prasejarah ini juga
terdapat perawatan-perawatan untuk penyakit
gangguan mental yaitu : menggosok,menjilat,mengisap
dan memotong.
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu
kedokteran. Ini terutama karna masalah mental bukan
merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat
diamati dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-
hari hiduo bersama sehingga tingkah laku yang
mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang
biasa bukan lagi sebagai gangguan.

D. Pendekatan kesehatan mental

PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan
dalam kedokteran termasuk psikiatri
mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa
keluhan, baik fisik maupun mental. Orang
yang sehat adalah orang yang tidak
mempunyai keluhan tentang keadaan fisik
dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada
keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya
tidak ada keluhan mental. Dalam ranah
psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak
menimbulkan masalah ketika kita berurusan
dengan orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa yang gejalanya adalah
kehilangan kontak dengan realitas. Orang-
orang seperti itu tidak merasa ada keluhan
dengan dirinya meski hilang kesadaran dan
tak mampu mengurus dirinya secara layak.
Pengertian sehat mental dari orientasi klasik
kurang memadai untuk digunakan dalam
konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu
dikembangkan pengertian baru dari kata
‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang
secara mental belakangan ini lebih
ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Orang yang memiliki
kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dapat digolongkan sehat
mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian
diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat
individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama
norma sosial dan budaya, kita tidak dapat
menentukan sehat atau tidaknya mental
seseorang dari kondisi kejiwaannya semata.
Ukuran sehat mental didasarkan juga pada
hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang yang dalam
masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat
atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat
sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya
batasan sehat atau sakit mental bukan
sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan
relativitas batasan sehat mental, ada gejala
lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita
sering melihat seseorang yang menampilkan
perilaku yang diterima oleh lingkungan pada
satu waktu dan menampilkan perilaku yang
bertentangan dengan norma lingkungan di
waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi
yang berakibat kerugian fisik pada orang lain
pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi
sangat dermawan pada saat suasana
hatinya sedang enak. Dapat dikatakan
bahwa orang itu sehat mental pada waktu
tertentu dan tidak sehat mental pada waktu
lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana
kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau
sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai
sehat mental dan tidak sehat mental
sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita pahami
bahwa tidak ada garis yang tegas dan
universal yang membedakan orang sehat
mental dari orang sakit mental. Oleh
karenanya kita tidak dapat begitu saja
memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak
sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau
sakit mental bukan dua hal yang secara
tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat
mental berada dalam satu garis dengan
derajat yang berbeda. Artinya kita hanya
dapat menentukan derajat sehat atau
tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita
hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika
kita berangkat dari pandangan bahwa pada
umumnya manusia adalah makhluk sehat
mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika
kita memandang pada umumnya manusia
adalah makhluk tidak sehat mental.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri,
kesehatan mental perlu dipahami sebagai
kondisi kepribadian seseorang secara
keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan
mental seseorang bukan hanya berdasarkan
jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan seseorang
dalam lingkungannya.
Orientasi Pengembangan diri
Seseorang dikatakan mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat
kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa
dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa)
ternyata yang menjadi pengendali utama
dalam setiap tindakan dan perbuatan
seseorang bukanlah akal pikiran semata-
mata, akan tetapi yang lebih penting dan
kadang-kadang sangat menentukan adalah
perasaan. Telah terbukti bahwa tidak
selamanya perasaan tunduk kepada pikiran,
bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran
tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan
bahwa keharmonisan antara pikiran dan
perasaanlah yang membuat tindakan
seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan
Hygiene mental atau kesehatan mental
adalah mencegah timbulnya gangguan
mental dan gangguan emosi, mengurangi
atau menyembuhkan penyakit jiwa serta
memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial
akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan
masyarakat membawa kepada tercapainya
tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita
tidak dapat menganggap bahwa kesehatan
mental hanya
sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan
masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat
itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan
kemampuan individu secara otomatis,
kecuali jika kita masukkan dalam
pertimbangan kita, kurang bahagia dan
kurang menyentuh aspek individu, dengan
sendirinya akan mengurangi kebahagiaan
dan kemampuan sosial.