Jumat, 15 April 2016

Psikoterapi: Terapi Humanistik tugas ke 3

Terapi humanistik
Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia.
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep- konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
Eksistensial Psychotherapies
Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern. Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig Binswanger dan lain-lain
Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka.
Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak bergantung konseptual pada “repair model” (Walsh & McElwain.2002, p.272).
Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat pada terapi klien.
Konsep-konsep utama :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin besar kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih altrnatif-alternatif. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)
3. Penciptaan Makna
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna. Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal mengaktualisasikan dirinya, maka ia bisa menjadi sakit.
Proses Teraupetik – Tujuan :
•Bugental (1965) menyebutkan bahwa keotentikan sebagai urusan utama psikoterapi dan nilai eksistensial pokok.
Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
1.Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
2.Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
3.Memikul tanggung jawab untuk memilih.
• Klien yang neurotic adalah orang yang kehilangan rasa ada, dan tujuan terapi adalah membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya yang hilang.
Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :
1.meluaskan kesadaran diri klien
2.meningkatkan kesanggupan pilihannya
3.menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
FUNGSI DAN PERAN TERAPIS
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi pada pertumbuhan
•Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
•Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
•Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
PENERAPAN : TEKNIK-TEKNIK DAN PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK
• Tidak ada teknik tertentu yang ditentukan secara ketat
• Metode-metode yang berasal dari Gestalt dan analisis transaksional sering digunakan.
• Mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis.
TEMA-TEMA DAN DALIL-DALIL UTAMA EKSISTENSIAL
• Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikannya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia. semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri sesorang.
• Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia pada dasarnya adalah bebas, oleh karenanya harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
• Dalil 3 : Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain.
Individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatannya, tetapi sekaligus memiliki kebutuhan untuk keluar dari diri sendiri, berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
– Keberanian untuk ada
– Pengalaman kesendirian
– Pengalaman keberhubungan
Manusia berhubungan dengan dunia luar dalam 2 bentuk :
– alam kekurangan (deficiency)
– alam menjadi (being)
• Dalil 4 : Pencarian Makna
Salah satu kharakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk merasakan arti dan maksud hidup.
• Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasana bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan. Kesadaran adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
• Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan Non-ada
Karakteristik yang khas pada manusia adalah kemampuan untuk memahami konep masa depan dan tak bisa dihindarkannya kematian. Hidup menjadi bermakna karena memiliki pembatasan waktu.
• Dalil 7 : perjuangan untuk aktualisasi diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu.
• Kompleks Junus :
Perasaan takut, gamang, perasaan tidak berharga dan meragukan kemampuan diri untuk memperoleh kemasyuran dan aktualisasi diri
• Dalil Maslow tentang aktualisasi diri
• Dalil dari Carl Rogers tentang “ pribadi yang berfungsi penuh”
Terapi :
– Membangkitkan ‘ke-aku-an’ nya (eksistensi)
– Bisa juga digabungkan dengan psikoanalisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar