Minggu, 26 April 2015

Kesehatan mental minggu ke sembilan (Hubungan Interpesonal)

Pengertian Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

B. Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal,
yaitu:

1. Model Pertukaran Sosial

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang
pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang
diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,
penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam
suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efekefek tidak menyenangkan.

2. Model Peranan

Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai
dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.

3. Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan
untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem
terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal
harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

4.Model permainan (games people play model)

Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
• Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
• Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional)
• Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).

Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).

C. Tahap Hubungan Interpersonal

Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:

1. Pembentukan

Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa
peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,
“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk
menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka
merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada
tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d)
kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.

2. Peneguhan Hubungan

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)
kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat.http://psikologi.or.id
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan
tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus
diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan
harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan
keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius
dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh
diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah
memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal
adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.
Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana
emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar
kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah
suasana emosi.

D. Hubungan peran

A.Model Peran

Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.

B. Konflik

Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.

Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut

C. Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan Peran

Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

D. Intimasi dan Hubungan Pribadi

Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :

1.    Persaudaraan

Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.

2.    Persahabatan

Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.

3.    Percintaan

Persabatan antar priab dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.

 Intimasi dan Pertumbuhan

Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.

Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :

(1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.

(2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.

(3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.

(4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.

(5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .

Minggu, 19 April 2015

Kesehatan mental minggu ke delapan (STRESS)

Apa itu STRESS??

Menurut Hans Selye, “stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdikes,Dep.Kes.1989)   Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.  Menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brect (2000) bahwa yang dimaksud stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut

Dari pengertian stress menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa stress merupakan gangguan yang berupa fisik maupun fisik yang disebabkan oleh tidak mampunya individu menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya.

a)         Arti penting stress

Stress juga dibutuhkan dalam kehidupan ini, jika seseorang tidak pernah mengalami stress hidupnya akan hampa, tidak ada yang namanya tantangan. Stress tidak berarti negatif (distress), stresspun ada yang bersifat positif (uestress) untuk menyeimbangkan proses kehidupan kita.

·         Efek-Efek stress menurut hans selye

Menurut Hans Selye, ahli endokrinologi terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres bersifat merugikan. Berikut adalah beberapa efek dari stress:

1.     Local Adaptation Stres.

Local Adaptation Stress adalah ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini contohnya seperti pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dan masih banyak lagi. Responnya berlangsung dalam jangka yang sangat pendek. Karakteristik dari LAS adalah respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system, respon bersifat adaptif sehingga diperlukan stresor untuk menstimulasinya, respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus, dan respon bersifat restorative.

2.     General Adaptation Syndrome

General Adaptation Syndrome adalah istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat membahas tentang stress. Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome. GAS terdiri dalam tiga fase :

a.         Alarm reaction (reaksi peringatan) pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor dengan baik. Apabila ada rasa takut atau cemas atau khawatir tubuh akan mengeluarkan adrenalin, yaitu hormon yang mempercepat katabolisme untuk menghasilkan energi untuk persiapan menghadapi bahaya mengacam ditandai dengan denyut jantung bertambah dan otot berkontraksi.

b.         The stage of resistance (reaksi pertahanan). Reaksi terhadap stressor sudah mencapai atau melebihi tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini, mulai timbul gejala-gejala psikis dan somatis. Respon ini disebut juga coping mechanism. Coping berarti kegiatan menghadapi masalah, misalnya kecewa diatasi dengan humor.

c.          Stage of exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-gejala psikosomatik tampak dengan jelas. Gejala psikosomatis antara lain gangguan penceranaan, mual, diare, gatal-gatal, impotensi, exim, dan berbagai bentuk gangguan lainnya.

  

PENGERTIAN KOPING STRESS

Koping termasuk konsep sentral dalam memahami kesehatan mental. Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan/penanggulangan (to cope with = mengatasi, menanggulangi).Namun karena istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah tersebut di pertahankan dan langsung di serap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa coping (koping) tidak sederhana makna harafiahnya saja. Koping sering disamakan dengan adjustment (penyesuaian diri). Koping juga sering dimaknai sebagai cara untuk memecahkan masalah (problem solving). Pengertian koping memang dekat dengan kedua istilah di atas, namun sebenarnya agak berbeda. Pemahaman adjustment biasanya merujuk pada penyesuaian diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah lebih mengarah pada proses kognitif dan persoalan yang juga bersifat kognitif. Koping itu sendiri dimaknai sebagai apa yang di lakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stress/tekanan.Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping.Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda. Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:

1. Tindakan langsung (Direct Action)

Koping jenis ini adalah setiap setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang dialami.

Ada 4 macam koping jenis tindakan langsung:

a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka

Individu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut. Misalnya, dalam rangka menghadapi ujian, Tono lalu mempersiapkan diri dengan mulai belajar sedikit demi sedikit tiap-tiap mata kuliah yang diambilnya, sebulan sebelum ujian dimulai. Ini dia lakukan supaya prestasinya lebih baik dibanding dengan semester sebelumnya, karena dia hanya mempersiapkan diri menjelang ujian saja. Contoh dari koping jenis ini lainnya adalah imunisasi. Imunisasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang tua supaya anak mereka menjadi lebih kebal terhadap kemungkinan mengalami penyakit tertentu.

b. Agresi

Agresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa/menilai dirinya lebih kuat/berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut. Misalnya, tindakan penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah Jakarta terhadap penduduk yang berada dipemukiman kumuh. Tindakan tersebut tergolong ke dalam agresi, dan tindakan tersebut bisa dilakukan karena pemerintah memiliki kekuasaan yang lebih besar dibanding dengan penduduk setempat yang digusur.

c. Penghindaran (avoidance)

Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilih cara menghindari atau menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, penduduk yang melarikan diri dari rumah-rumah mereka karena takut akan menjadi korban pada daerah-daerah konflik seperti Aceh.

d. Apati

Jenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut. Misalnya, pada kerusuhan Mei. Orang-orang China yang menjadi korban umumnya tutup mulut, tidak melawan dan berlaku pasrah terhadap kejadian biadab yang menimpa mereka.

2. Peredaan atau peringanan (Palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan/fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah.Ada 2 macam koping jenis peredaran/palliation :

a. Diarahkan Pada Gejala (Sympton Directed Modes)

Macam koping ini digunakan bila gangguan gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut.

b. Cara Intrapsikis (Intrapsychic Modes)

Koping jenis peredaran dengan cara intrapsikis adalah dengan cara-cara yang menggunakan perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilahDefense mechanism (mekanisme pertahanan diri).

Minggu, 12 April 2015

Kesehatan mental minggu ketujuh (Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan)

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamik yang hampir selalu membutuhkan perubahan dan adaptasi, dan dengan demikian semakin tetap dan tidak merubah respon - respon itu, maka semakin sulit juga menangani tuntutan-tuntutan yang berubah. Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh yang menghancurkan kepribadian seseorang. Orang yang mengalami depresi karena sering kali merasa sulit menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di perlukan. 

Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment ataupersonal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.

Apakah perbedaan antara adaptasi dan penyesuaian diri?

 Adaptasi itu artinya adalah individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, contohnya adalah apabila seorang individu merasa udara disekitar nya dingin maka individu itu segera memakai pakaian yang tebal dan meminum atau memakan makanan yang hangat-hangat.

Lalu apabila Penyesuaian itu sebagai mengubah lingkungan agar lebih sesuai dengan diri individu., contohnya apabila individu merasa kedinginan secara otomatis individu itu menyalakan api atau penghangat ruangan untuk mengahngatkan badannya.

Namun Penyesuaian diri disini adalah meliputi penyesuaian diri baik dalam adaptation dan adjusment. artinya individu mampu menyesuaikan diri dengan baik, secara normal dan ideal nya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara fleksibel tergantung pada suasana dan situasinya. Apabila individu itu hanya dapat menggunakan salah satu dari kedua mekanisme tersebut berarti individu itu di anggap kaku dan dominan.

Ada beberapa ciri penyesuaian diri yang efektif, seperti :

1.      Memiliki Persepsi yang Akurat terhadap Realita

2.      Memiliki Kemampuan untuk Beradaptasi dengan Tekanan atau Stres dan juga Kecemasan

3.      Mempunyai Gambaran Diri yang Positif tentang dirinya

4.      Memiliki Kemampuan untuk Mengekspresikan Perasaannya

5.      Mempunyai kemapuan Relasi Interpersonal yang baik

Individu yang memiliki serta memenuhi ciri-ciri tersebut dapat digolongkan sebagai individu yang memiliki kesehatan mental yang positif. 

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya

sendirisehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.

2. Penyesuaian Sosial

Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.  Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

Pembentukan Penyesuaian Diri

Banyak faktor yang mempegaruhi penyesuaian diri, ada dari faktor lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya.

a). Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari dalam berbagai hal seperti melalu bermain, sandiwara, interaksi dengan anggota keluarga, dan pengalaman-pengalaman didalam keluarga. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti. Keluarga juga merupakan wadah pembentukan karakter individu, penyesuaian diri juga termasuk di dalamnya.

b) Lingkungan Teman Sebaya

Sama seperti lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya juga merupakan lingkungan yang sangat menentukan individu dalam melakukan dan mengembangkan penyesuaian diri. Bila seorang anak dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan lingkungan teman bermainnya, itu merupakan  salah satu alasan bahwa sebenarnya kesehatan mental individu tersebut baik dan sehat.

B.     Pertumbuhan Personal

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus. 

Dari bayi hingga tua kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Penyesuaian diri dengan lingkungan nya pun terus berkembang.

           Variasi dalam Pertumbuhan

Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.

Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh

Kondisi jasmani  seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya. 

Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :

1.      Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.

2.      Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan  

3.      Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain. 

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :

1.            Faktor biologis

Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.

2.            Faktor geografis

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.

3.            Faktor budaya

Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.

Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.

Sumber :

-          Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta

-          Christensen.j.paula.2009.proses keperawatan.buku kedokteran EGC : Jakarta

-          Schuler, E. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage, 2002

-          Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.

-          Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar

Kesehatan mental minggu ketujuh (self directed changes)

SELF-DIRECTED CHANGES (Kesehatan Mental)

Self-directed changes adalah sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri kearah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.
Bagaimana caranya?

Menurut SDCT (Self-Directed Change Theory) ada 3 cara, yaitu sebagai berikut:

1.kita perlu memunculkan rasa tidak puas terhadap kondisi aktual yan kita hadapi saat ini (actual)

2. kita perlu memiliki gambaran yang jelas tentang kondisi ideal ang kita inginkan (ideal)

3. kita perlu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang bisa kita lakukan untuk bergerak dari kondisi aktual menuju kondisi ideal (Action Step)

Tiga langkah di atas harus berupa satu rangkaian yang tak terpisah. Jika sampai terpisah, akibatnya malah akan buruk. Misalnya, kita tidak puas dengan keadaan sekarang, tetapi rasa itu tidak kita gunakan untuk memunculkan gambaran yang jelas tentang keadaan yang kita inginkan dan tidak pula kita gunakan untuk mendorong mendorong aksi, apa kira-kira yang akan terjadi? Yang paling berpotensi akan terjadi adalah akan muncul konflik-diri.

 tapi sebaliknya, jika kita sanggup mengelola ketidakpuasan itu menjadi dorongan untuk mendinamiskan batin, pasti hasilnya jauh lebih baik.

Self Directed Changes meliliki beberapa tahapan, diantaranya:

a.       Meningkatkan Kontrol Diri.

Meningkatkan control diri yaitu, Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya (Harlock). Ketika seseorang ingin merubah kebiasaannya terhadap perbedaan yang besar.

Contohnya: misalnya seorang perokok berat yang ingin lepas dari kebiasaannya merokok.

b.      Menetapkan Tujuan

Menetapkan tujuan adalah mengubah hal yang buruk menjadi lebih baik lagi. Kita harus menetapkan target unutk mempunyai hidup yang lebih baik lagi.

Contoh: kita harus menahan keinginan kita untuk merokok mungkin kita bisa mengganti rokok dengan permen-permen pengganti rokok, dan sebagainya.

c.       Pencatatan Perilaku

Pencatatan perilaku maksudnya adalah kita mencatat hal apa saja yang bisa di rubah dari kebiasaan kita.

Contoh: misalnya jika kita mempunyai kebiasaan merokok, catat hal-hal apa saja yang mungkin mengganggu kita untuk tidak merokok. Misalnya dengan menhindari teman yang sedang merokok. Mungkin akan membantu kita untuk mempermudah godaan-godaan yang datang.

d.      Menyaring Anteseden Perilaku

Menyaring anteseden perilaku adalah menuliskan kebiasaan-kebiasaan yang ingin kita perbaiki.

Contoh: selain merokok, misalnya kita sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita!

e.      Menyusun Konsekuensi Yang Efektif

Jika kita sudah berhasil mengontrol kondisi yang memicu kebiasaan kita, kita perlu meningkatkan meningkatkan pengendalian diri, mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain dapat menerimanya.

f.        Menerapkan Pencana Intervenesi

Membandingkan seberapa berhasil kita mencapai tujuan-tujuan yang kita kehendaki. Misalnya, menghitung berapa batang atau bungkus rokok yang di hisap dari sebelum kita menerapkan tahapan-tahapan ini sampai sudah menerapkan tahapan ini.

g.       Evaluasi

Evaluasi adalah, melihat berapa besar kemajuan yang sudah kita lakukan untuk perubahan yang lebih baik. Pastikan setiap tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan yang belum bisa terpenuhi lebih baik kita mengulang tahapan-tahapan tersebut agar tujuan dapat tercapai dengan baik.

Referensi:

Gibbons Murice (2002) The Self-Directed Learning Handbook

Goleman, Daniel (2004) Primal Leadership Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia

Goleman, Daniel (1996) Emotional Intelligence ( Kecerdasan Emosional ).Jakarta: PT Gramedia

Minggu, 05 April 2015

Kesehatan mental minggu ke enam

Teori Kepribadian From

Pada postingan sebelumnya telah dibahas tentang konsep sehat. Dimana sehat sendiri merupakan kondisi dimana fisik (jasmani), mental (rohani) baik itu pikiran, emosi, dll, dan sosial dalam kondisi yang normal (seperti orang pada umumnya), stabil, serta dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang ada di masyarakat. Kali ini Saya akan membahas kepribadian yang sehat menurut Fromm dan menjelaskan konsepnya mengenai kesehatan mental.
Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam masyarakat bukan penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling merusak atau Pada postingan sebelumnya telah dibahas tentang konsep sehat. Dimana sehat sendiri merupakan kondisi dimana fisik (jasmani), mental (rohani) baik itu pikiran, emosi, dll, dan sosial dalam kondisi yang normal (seperti orang pada umumnya), stabil, serta dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang ada di masyarakat. Kali ini Saya akan membahas kepribadian yang sehat menurut Fromm dan menjelaskan konsepnya mengenai kesehatan mental.menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
• mampu mencintai dan dicintai,
• mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
• mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
• mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
• memiliki watak sosial yang produktif.

Sumber:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
Riyanto, Theo. 2006. Jadikan dirimu bahagia. Yogyakarta: Kanisius